5/5 - (9 votes)

PEKERJAAN PERSIAPAN PENGECORAN BETON

  • Peninjauan lokasi pekerjaan pengecoran beton

Di dalam pekerjaan persiapan salah satunya pengaturan sebelum pekerjaan dimulai, pekerjaan tersebut mencakup peninjauan lapangan, persiapan pekerjaan dan mobilisasi dimaksudkan agar pekerjaan yang dilaksanakan dapat terselesaikan dengan sedikit resiko terhadap gangguan keterlambatan penyelesaian

  • Peninjauan area yang akan dicor

Apabila seorang mandor akan memulai suatu pekerjaan, maka pertama kali yang harus dilakukan adalah melakukan kunjungan atau peninjauan tempat atau lokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Dengan mensurvai tempat  atau lokasi pekerjaan, maka dapat dimulai aspek-aspek yang diperlukan yaitu antara lain keamanan dan keselamatan kerja untuk para tenaga kerja, keamanan dari bahan / material dan peralatan agar terhindar dari pengaruh faktor kehilangan serta pertimbangan jarak ke lokasi pekerjaan terhadap kemudahan dalam proses transport material / bahan yang diperlukan untuk pekerjaan.

Apabila ada hal-hal yang di rasa kurang memenuhi syarat, maka dapat segera diajukan kepada pemberi kerja untuk dapat diperbaiki atau disempurnakan.

  • Peninjauan jalan kerja sesuai SOP

Jaringan jalan yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan, perlu adanya perhatian khusus untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan serta mempermudah kerja.

Dalam perencanaan pembuatan jalan masuk dari jaringan jalan ada ke lokasi pekerjaan perlu suatu pertimbangan yang cermat, ekonomis dan aman.

Kondisi medan datar/ tidak banyak tanjakan, jurang tidak banyak atau dihindari. Bila perlu badan jalan diperkeras dan tidak panjang jaraknya atau sependek mungkin jarak tempuh ke lokasi pekerjaan serta menghindari jalan yang ramai dari pemukiman penduduk yang padat.

Bahan-bahan Yang di Gunakan Dalam Pengecoran

Bahan yang akan di datangkan dari luar proyek misalnya semen, pasir, agregat dan bahan lainnya harus mendapat persetujuan mandor atau pemberi kerja. Dibawah ini akan diuraikan material untuk beton, sebagai berikut :

  • Semen

Penggunaan semen sebagai bahan bangunan merupakan suatu campuran dari silica dan alumina yang berasal dari debu vulkanik dan dicampurkan material kapur yang menghasilkan produk yang dinamakan puzzolonic cement.

Semen Portland (Portland cement) seperti yang kita kenal saat ini berasal dari nama daerah dekat dorset dimana bahan batuan, yaitu batu kapur diambil dari batu kapur yang mengandung calcareous dan alumina yang terdapat dari tanah liat, kemudian digiling dan dibakar sehingga menjadi clinker (bongkahan- bongkahan) semen.

Jadi untuk mendapatkan bahan/ material semen yang seperti kita kenal, material tersebut digiling atau dicampur kemudian dibakar di dalam suatu klin (tabung/ silinder) yang berputar dengan suhu atau panas 1400oC, sehingga menghasilkan suatu clinker semen.

  • Agregat

Agregat merupakan salah satu material atau bahan dari campuran beton, dimana agregat ini dapat dibedakan dari agregat kasar (coarse aggregate) dan agregat halus (fine aggregate). Perbedaan ini pada dasarnya adalah dari besar butiran maximum (D max) dari agregat tadi.

  • Agregat kasar (coarse aggregate) :

Agregat kasar dikenal sebagai kerikil dan batu pecah, yang dapat berupa hasil dari pemecahan batu dengan crushing (alat pemecah

batu) atau dapat berupa batuan alami seperti batu kali dan sebagainya. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah batu atau agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari 5 mm. Menurut PBI-1971, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh agregat antara lain :

  • Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak mempunyai pori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat
  • Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering).

Yang dimaksud lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melewati ayakan dengan diameter/ bukaan 0,063 mm. Apabila kadar lumpurnya melebihi 1%, maka agregat tersebut harus dicuci terlebih dahulu.

  • Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif
  • Agregat kasar harus mempunyai kekerasan tertentu, yang dapat diperiksa atau di test dengan mesin Pengaus Los Angeles (los angeles abration machine) tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.
  • Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan harus memenuhi syarat-syarat tertentu

Agregat halus (fine aggregate) :

Agregat halus atau dikenal sebagai pasir (sand) yang dapat diperoleh dari letusan gunung berapi ataupun dapat berupa hasil crushing (alat pemecah batu) dari batuan alam. Agregat halus mempunya besar butiran maksimum (Dmax) = 5 mm. Akan tetapi pada beberapa standar (seperti halnya ASTM Standard) mempunyai D max = 9.5 mm untuk fine aggregate (pasir)

Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971) maka untuk agregat halus atau pasir disyaratkan hal-hal antara lain sebagai berikut :

  • Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai

desintegrasi (penghancuran) alami dari batu-batuan atau

berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu (crushing).

  • Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering), sedangkan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila pasir mengandung lumpur lebih dari 5%, maka pasir harus dicuci terlebih
  • Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan kasar, dan butir-butir agregat halus harus bersifat
  • Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak dengan percobaan warna (organic impurities test) dan agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai asalkan kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan tekan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci bersih dengan air pada umur yang
  • Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan harus memenuhi persyaratan tertentu tentang besar ukuran
  • Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk dari Lembaga Pemeriksaan Bahan yang diakui. Susunan butiran agregat campuran untuk beton dengan mutu K-125 atau mutu yang lebih tinggi harus diperiksa dengan melakukan analisa ayakan, untuk hal tersebut ditetapkan susunan ayakan dengan lubang- lubang persegi, dengan ukuran lubang (#) dalam mm berturut- turut : 31.5-16-18-4-2-1-0.50-0.25 (ayakan ISO).
  • Air

Air yang digunakan untuk mencampur bahan-bahan pembuatan beton adalah air bersih ataupun air dari sungai, air tidak boleh kotor atau mengandung terlalu banyak lumpur ataupun bahan-bahan kimia yang dapat merusak beton.

Perlengkapan dan   Peralatan    yang    diperlukan    untuk    persiapan pekerjaan pengecoran beton :

Perlengkapan antara lain :

      • Alat Pelindung Diri (APD) dan alat-alat K3 yang terkait
      • Gambar denah lokasi kerja terkait pekerjaan pengecoran
    •  Peralatan :
      • Borang-borang

Tugas-tugas yang harus dilakukan :

    • Meninjau lokasi pekerjaan pengecoran beton
    • Mencermati petunjuk pelaksanaan pekerjaan
    • Mempersiapkan peralatan kerja
    • Membersihkan lokasi pekerjaan pengecoran beton

Peraturan – peraturan yang diperlukan :

    • Prosedur operasi standar perusahaan
    • Petunjuk manual pengecoran
    • Standar/ketentuan K3 dan lingkungan

Pengetahuan yang dibutuhkan :

    • Pemahaman dan penerapan gambar kerja/detail dalam pelaksanaan dilapangan.
    • Penerapan persyaratan kerja serta K3 dan lingkungan (SMK3L)
    • Pemahaman dalam jadwal pelaksanaan, serta tugas dan tanggung jawab setiap tukang/pekerja.

Keterampilan yang dibutuhkan :

    • Mencermati dan menguasai area dan lingkungan
    • Membaca dan memahami metode pelaksanaan
    • Memahami peralatan kerja yang terkait dengan pekerjaan pengecoran beton.
Categories: Post Artikel